Home Novelet Islamik Ketika Senja Berkata Cinta
Ketika Senja Berkata Cinta
Asfahul Muhib
7/4/2020 04:09:11
52,365
Kategori: Novelet
Genre: Islamik
Part 2

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Suara khas yang merdu itu senantiasa memberi salam di aula pondok putri setiap Senin malam sehabis maghrib.

"Wa'alaikumussalamu warohmatullahi wabarokatuh." para santriwati menjawab dengan antusias.

Ada tujuh puluh santriwati di dalam aula saat ini. Zahra dan Nurul ada di dalamnya. Zahra duduk di deretan pertama baris kedua dari depan, sementara Nurul ada di baris depan bagian tengah. Semua santri duduk membentuk barisan menghadap ke utara sambil memegang Al-Qur'an di tangan masing-masing.

Ada sembilan orang dalam satu barisan, jadi ada delapan barisan, tetapi di barisan paling belakang cuma ada tujuh orang.

Di depan barisan, seseorang duduk beradu muka dengan para santriwati. Seorang santri putra, satu-satunya. Nurul dan Zahra memanggilnya Kang Hanif. Nama panjangnya adalah Hanif Kholilullah.

Sudah tiga kali pertemuan latihan Qiro'at, Hanif menjadi pengajarnya. Dia memang diminta Pak Syarif, pengajar aslinya untuk menggantikannya, karena beliau masih berada di tanah suci untuk menunaikan ibadah umrah.

Setelah mengucapkan salam, Hanif memulai pembelajaran Qiro'at itu dengan Muhadoroh memberi hadiah Fatihah tiga kali. Tidak lupa membaca basmalah bersama-sama. Kemudian mulailah ayat-ayat Al-Qur'an dilantunkan dengan indah. Latihan Qiro'at itu terus berlajut hingga selesai.

"Suara Kang Hanif bagus ya, Rul?" ucap Zahra ketika kegiatan selesai dan berjalan kembali ke kamar bersama Nurul.

"Iya, sejak mengalunkan nada Bayati Qoror tadi, aku sudah kagum dengan suaranya."

"Hatiku malah dag dig dug gak karuan, suaranya seindah Bapak Muammar, ya? Ahli Qiro'at itu. Apalagi ketika sudah mencapai nada tertinggi. Suara Kang Hanif seperti masuk ke dalam hatiku, oh, Kang Hanif." Zahra memegang dadanya, barakting seperti orang yang sedang kasmaran.

Nurul terpingkal-pingkal melihatnya, Zahrapun ikut tertawa. Memang benar yang dikatakan Zahra. Ketika Kang Hanif melantunkan nada Bayati Jawabul Jawab tadi, nada tertinggi, Nurul sampai sesenggukan menahan tangis. Suara indah ketika membaca Al-Qur'an memang bisa menggetarkan jiwa.

"Sudah jangan tertawa terus, yuk sholat isya' dulu!" tangan Nurul sudah memegang mukena dan segera menarik lengan Zahra yang dari tadi tertawa.

"Ayuk . . ." Zahra berjalan mengikuti tarikan lenganNurul keluar kamar, tangan satunya segera menyambar mukenanya yang tergantungdi dekat pintu. Keduanya lalu pergi ke mushola untuk menunaikan sholat isya'.


Previous: Part 1
Next: Part 3

Portal Ilham tidak akan bertanggungjawab di atas setiap komen yang diutarakan di laman sosial ini. Ianya adalah pandangan peribadi dari pemilik akaun dan ianya tiada kaitan dengan pihak Portal Ilham.

Portal Ilham berhak untuk memadamkan komen yang dirasakan kurang sesuai atau bersifat perkauman yang boleh mendatangkan salah faham atau perbalahan dari pembaca lain. Komen yang melanggar terma dan syarat yang ditetapkan juga akan dipadam.

Karya lain oleh Asfahul Muhib