Home Novelet Islamik Ketika Senja Berkata Cinta
Ketika Senja Berkata Cinta
Asfahul Muhib
7/4/2020 04:09:11
61,491
Kategori: Novelet
Genre: Islamik
Part 3

Malam Jum'at, semua kegiatan di pondok libur. Hampir benar-benar berhenti semua kegiatan, hanya sholat berjamaah lima waktu dan sholat Tahajjud pada pukul tiga pagi yang masih berjalan sebagai mana biasa. Bagi santri, datangnya hari Jum'at merupakan suatu kesenangan tersendiri.

Di dalam kamar A13 yang ada di depan aula pondok putri, masih terdengar bincang-bincang dua orang santri.

Seorang bermata sendu memakai kerudung biru bermotif bunga, menggunakan baju santai ala santri.

Seorang lagi berhidung mancung dan kelihatan agak pendiam, memakai kerudung hitam polos, memakai baju santai. Kedua gadis itu mempunyai kulit yang sama kuning langsat.

"Aku kok pengen segera hari Senin lagi ya, Rul. Pengen latihan Qiro'at lagi . . ."

"Alahh . . . pengen latihan atau latihan??" Nurul menggoda.

Zahra tersipu-sipu mendengar guyonan itu. "Iya, Rul. Aku kok rasanya gimana gitu kalau pas latihan Qiro'at, kemarin itu saja aku sebenarnya pengen duduk di shof depan, tapi rasanya aku malu sekali sama kang Hanif, Padahal aku tahu Kang Hanif tidak memperhatikan aku." Zahra seperti hendak curhat.

"Sepertinya ada yang jatuh cinta ni . . ." Nurul menjawab tanpa menoleh Zahra yang sedang berbaring.

"Mungkin aku memang menyukai Kang Hanif, Rul..."

Mendengar penuturan Zahra, Nurul tersentak dan berhenti dari menulisnya, namun hanya sebentar sehingga Zahra tidak melihat reaksi itu, lalu Nurul melanjutkan mengotak-atik diary kembali.

"Nahh tu kan . . ."

"Semenjak Kang Hanif menggantikan Pak Syarif, aku rasanya memang semakin bersemangat. Mungkin alasan semangatku ini salah, tapi yang jelas aku semakin bersemangat mengikuti pelajaran Qiro'at itu. Aku selalu menanti malam Selasa. Sekarang pun aku menantinya. Makanya ketika Senin sore kemarin hujan, aku sangat gelisah. Aku takut kalau latihan Qiro'at akan libur lagi. Dan kalau libur, artinya aku tidak bisa bertemu. Ah kamu tau sendirilah, Rul. Tak perlu kulanjutkan kata-kataku." Zahra mengungkapkan keadaan hatinya.

Nurul menyimak cerita itu dengan seksama, meskipun Nurul sedang membelakangi Zahra, tetapi Nurul benar-benar menyimak dan bisa merasakan apa yang dirasakan Zahra.

"Kemarin kamu ikut, kan waktu mengaji kitab Ahlaqun Nisa'?" Nurul bertanya.

"Sama Mbak Husna? Ikut lah . . ." Zahra menjawab pertanyaan Nurul sambil membetulkan letak bantalnya.

"Nahh masih ingat petuah Mbak Husna??"

"Yang Mana?" sahut Zahra.

"Jangan terlalu mencintai sesuatu dengan berlebihan sehingga lupa diri, atau kita akan dipisahkan oleh Allah dari yang kita cintai itu." Nurul menoleh dan tersenyum-senyum ke Zahra.

"Nyindir ni . . ." sahut Zahra. Keduanya lalu tertawa lepas.

***

Sementara itu di pondok putra, di sebuah bilik yang ada di dalam Kantor pondok putra Darul Manan. Hanif sedang sibuk di depan komputer. Dengan lincah tangannya memainkan mouse. Digeser ke kiri dan ke kanan. Dia mengklik beberapa folder di dalam direktori-direktori yang ada di "My Computer".

"Nahh, ini dia . . ." Hanif bergumam sendiri menemukan apa yang dicari. Sebuah folder 'Foto santri putri' di direktori D dibukanya. Ada ratusan foto di situ, tapi dikelompokkan dengan masing-masing alamat.

Dengan sabar Hanif membuka satu persatu foto itu. Tak berapa lama kemudian dia berhenti pada sebuah foto. Men"Zoom"nya, memindahkannya ke Adobe Photoshop. Dia mencoba sedikit menjelaskan wajahnya.

Memang semua data santri putri ada di komputer santri putra. Karena memang yang menangani administrasi masih pengurus putra saja, termasuk pendaftaran masuk, ujian, sertifikat dll.

"Hayoo fotone siapa itu??" Nurudin atau biasa dipanggil Kang Din tiba-tiba sudah ada di belakang Hanif.

Hanif hanya tertawa kecil . . .

Kang Din seorang pengurus, sama seperti Hanif. Namun Kang Din lebih banyak menghabiskan waktunya di Ndalem, karena memang mengabdikan dirinya di Ndalem.

"Eh kang, sampeyan tau, ini siapa?" Hanif menunjukkan monitor komputer yang sudah ada foto seorang santriwati "Zoom-Full Screen".

"Tau, Kenapa?? Cantik, ya?" jawab Kang Din datar.

"Iya, aku lihat pas latihan Qiro'at kemarin" Hanif agak malu-malu menjawab.

"Namanya Nurul, Nurul Hidayatul Husna, masuk sekitar 3 tahun lalu. Dia anaknya agak pemalu tapi cerdas. Rumahnya di daerah kesilir dekat Jembatan mayyit." jawab Kang Din.

"Loo, Kang. Kok tau sampai rumah-rumahnya juga??" Hanif keheranan.

"La iya to, coba lihaten alamate!!" jawab Kang Din santai.

Hanif masih ingat kalau tadi di atas folder 'Foto santri putri' ada folder 'Data santri putri'. Hanif segera mencari nama Nurul Hidayatul Husna dalam folder itu. tanpa kesulitan Hanif pun menemukannya.

*Nama : Nurul Hidayatul Husna

*TTL : Banyuwangi, 29 April 1991

*Alamat : Dsn. Krajan Ds. Kesilir Kec. Siliragung Kab. Banyuwangi

*Nama Orang tua : Bpk. Miftahus Surur

"Lho, Kang ini tetangga sampeyan, to?"

"Bukan hanya tetangga, Nif. Itu adikku, anak pak lekku yang pertama. Dia Punya 2 adik, yang satu masih MTs, satunya masih SD, semuanya perempuan." Kang Din menjelaskan.

"Pas aku ke rumah sampeyan hari raya kemarin kok gak bilang-bilang to, Kang kalau punya adik cewek."

"Bagaimana, mau aku sampein salamnya?" Kang Din bercanda menawari.

"Iya, kang. Titip salam ,ya." Hanif malah serius.

"Okee, siiiipppp........"

Previous: Part 2
Next: Part 4

Portal Ilham tidak akan bertanggungjawab di atas setiap komen yang diutarakan di laman sosial ini. Ianya adalah pandangan peribadi dari pemilik akaun dan ianya tiada kaitan dengan pihak Portal Ilham.

Portal Ilham berhak untuk memadamkan komen yang dirasakan kurang sesuai atau bersifat perkauman yang boleh mendatangkan salah faham atau perbalahan dari pembaca lain. Komen yang melanggar terma dan syarat yang ditetapkan juga akan dipadam.

Karya lain oleh Asfahul Muhib