Home Novelet Islamik Ketika Senja Berkata Cinta
Ketika Senja Berkata Cinta
Asfahul Muhib
7/4/2020 04:09:11
52,266
Kategori: Novelet
Genre: Islamik
Part 4

Nurul tidak dapat memejamkan mata. Berkali-kali Nurul membaca sholawat dalam hati, berharap dapat segera terlelap. Namun ternyata matanya seperti enggan untuk terlena, kesadaranya enggan untuk pergi meninggalkannya meski sejenak saja.

Nurul hanya takut ketika kegiatan sholat tahajjud nanti tidak bisa bangun dan mengikutinya, atau tidak bisa tidur sama sekali sehingga tetap saja dia tidak bisa mengikuti kegiatan sholat tahajjud itu.

Berulang kali Nurul mengucap istighfar dalam hati. Memohon ampunan dan berdo'a meminta supaya hatinya di jauhkan dari perasaan itu. Sahabatnya, Zahra telah mengungkapkan perasaan itu terlebih dulu.

Dipandangi wajah Zahra yang sudah terlelap di sebelahnya, Zahra begitu cantik, kulitnya kuning langsat, belum lagi lesung pipitnya yang membuatnya sangat manis. Banyak teman-teman yang bilang Zahra ini mirip dengan Rahmi Nurullina, Pemain KCB itu.

"Mana mungkin Kang Hanif memilihku jika aku juga mencintainya seperti Zahra." begitulah yang ada difikiran Nurul.

"Astaghfirullah.." Akhirnya Nurul memutuskan untuk bangun saja.

"Tidak apa-apa jika memang malam ini tidak bisa sholat tahajjud, itu sudah ketentuan Allah, aku akan memperbanyak sholat sunnah yang Lain."

Nurul pergi ke kamar mandi. Berniat sekedar buang air lalu berwudhu, terlihat masih ada 2 atau 3 orang yang juga tidak tidur di Emperan kantor pondok putri. Biasanya mereka adalah yang mendapat piket untuk berjaga, mereka yang akan membangunkan teman-temannya untuk bertahajjud. Letak kantor memang ada di seberang kamar mandi. Jadi Nurul bisa melihat apa yang mereka lakukan.

Sesudah berwudhu Nurul kembali ke kamar. Dia tidak menyalakan lampu karena tau itu akan mengganggu sahabatnya yang sedang tidur. Dia sempat melirik jam dinding asrama yang menempel di depan kamarnya sebelum masuk kamar. Sudah pukul 00.36 dinihari. Kemudian dia mengambil mukena, sajadah dan tasbih, berniat hendak ke mushola. Tapi dia tergoda untuk membuka diarynya ketika mengambil tasbih yang terletak berjajar dengan diarynya.

Nurul duduk, menyalakan lampu kecil yang ada di meja. Dia dan Zahra menyebutnya lampu belajar. Lampu itu hanya menerangi sebatas yang ada di meja kecil itu.

Nurul mengambil pulpennya dan menuliskan sesuatu....

" Jalan Yang Lurus"

Aku begitu peka memikirkan jalan yang lurus

Aku terlalu berselera memiliki jalan yang lurus

Fikiranku juga sibuk dengan arah jalan yang lurus

Ooh Allah, apakah hamba ini lebih buruk dari seonggok batu di tengah sungai Nil?

Seonggok batu itu senantiasa menerima titahmu, mentasbihmu,..

Tak pernah mengeluh dengan gemericik arus air yang berlalu.

Ya Robb...

Berilah aku jalan lurus yang lain.

Biarlah jalan lurus ini di tempuh sahabatku.

Sempurnakan agamanya dengan jalan lurus ini.

Jadikan jalan lurus ini kekasihnya, di dunia dan di surga dengan Ridhomu

Meski hati ini sangat merindu jalan lurus ini.

Tapi, biarlah hati mencari takdir yang lain.

Semoga cinta yang menggebu untuk jalan lurus ini tidak mengganggu cintaku padamu

Biarlah hati yang menjadi saksi atas cintaku dan riduku pada sebuah jalan lurus

Karena hati akan menjadi seadil-adilnya saksi untuk di angkat menjadi saksi

*Di tengah ilalang kegundahan.

***

Mata Nurul sama sekali belum terlelap ketika subuh tiba. dia masih memutar tasbihnya, seperti menghitung biji-biji yang terangkai memutar di sebuah tali yang kuat. Sudah tak terhitung berotasi berapa kali tasbih yang ada ditangannya.

"Alhamdulillah, adzan subuh telah berkumandang..." Nurul berhenti wirid lalu menjawab adzan dengan berurutan.

Menjawab adzan memang sangat utama, bahkan lebih utama dari membaca Al-Qur'an. Jadi jika mendengar suara adzan waktu ketika membaca Al-Qur'an, hendaknya berhenti sejenak dan mengutamakan menjawab adzan. Begitulah yang bisa di ingat Nurul ketika mengaji kitab syarah Muroqil 'Ubudiyah.

Setelah adzan selesai. Nurul mendirikan 2 rakaat sholatsunnah. Sholat yang kata Nabi lebih baik dari pada dunia seisinya. Bahkanmenurut cerita paman Nurul yang kuliah di Universitas Al-Azhar Cairo, disanasudah umum jika seseorang tidak sempat melakukan sholat Qobliyah subuh, makaakan diQodho' sesudah sholat subuh. Jadi setelah sholat subuh akan berdiri lagi untuk melakukan sholat Qobliyah subuh.

Previous: Part 3
Next: Part 5

Portal Ilham tidak akan bertanggungjawab di atas setiap komen yang diutarakan di laman sosial ini. Ianya adalah pandangan peribadi dari pemilik akaun dan ianya tiada kaitan dengan pihak Portal Ilham.

Portal Ilham berhak untuk memadamkan komen yang dirasakan kurang sesuai atau bersifat perkauman yang boleh mendatangkan salah faham atau perbalahan dari pembaca lain. Komen yang melanggar terma dan syarat yang ditetapkan juga akan dipadam.

Karya lain oleh Asfahul Muhib