MIRA bernasib baik tidak apa- apa . Tetapi , buat masa ini dia dan Wawa menumpang di rumah rakan penari yang lain . Mereka berdua masih lagi dalam keterkejutan . Namun begitu , Wawa sejak kebelakangan ini dia seringkali di burui mimpi buruk . Dia kerap bermimpi menemui perawan jelita berpakaian bangsawan.
" Wawa ! Kau ni dah kenapa ? Sejak akhir- akhir ini kami tengok kau berlainan ? " Soal Joe atau Juhana . Antara penari favourite juri selain Wawa.
" Hah ! Tak , tak apa- apa. Aku ok ja... " Wawa pantas memberi dalih . " Ye ker ? Wawa , Wawa kau ingat kami berdua tak tahu ke apa yang telah terjadi ? Apa yang terjadi pada Mira ? " Tebak Joe . Walau dia seorang yang skeptikal , namun apa yang telah terjadi pada rakan- rakannya sedikit sebanyak telah mencuit keberaniannya.
Wawa yang baru mahu mengambil bonang untuk sesi pemeriksaan terhenti perlakuannya lalu pandang Juhana , lama . Bagaimana pula Joe boleh tahu ? Siapa pula yang hebahkannya ?
" Kau tak payah pandang aku begitu , Wawa ! Tentu kau terlupa sesuatu "
" Apa yang aku terlupa ? "
" Kami yang menemui kau berdua tidak sedarkan diri di rumah sewa kau tu "
Wawa mengakui bahawa dia alpa akan semua itu .
" Hah, lagi satu kau jangan lupa pula program Anak Angkat Tradisional kita tu pula ...." Provok Juhana lagi . Wawa terangguk- angguk mengiyakan .
Ya, tinggal lagi seminggu dia bakal menjelajah ke pantai timur iaitu Terengganu bagi program ini . Setiap dari mereka telah di asingkan keluarga juga negeri bagi membolehkan mereka semua mendalami lagi seni tarian tradisi selain gamelan .
Wawa bakal mendalami seni tarian ulek mayang . Dan bakal juga mengubah nasibnya .
**********
DEWAN tarian kini agak sepi . Tiada sebarang irama muzik berkumandang sama ada moden atau tradisional . Wawa dan beberapa lagi rakannya sedang ralit mengelap dan memeriksa bonang - bonang yang berwarna keemasan itu .Selain itu ada juga beberapa peralatan muzik tradisional yang lain seperti rebana dan gong .
" Eh , kau gila ke ? " Bentak Nana kawan rapat Juhana atau Joe . " Eh , gila apa pulak.? Kan ke satu latihan tu ! Cuma aku nak buat sedikit eksperimen je " Ujar Juhana sengaja mahu memperlekehkan irama ulik mayang . Sedangkan Nana , gadis yang berasal dari Kemaman membantah kerana dia tahu irama mistikal itu tidak bisa di permainkan apatah lagi mahu memperlekehnya.
" Jangan Joe ! Puan Latifa tiada andai berlaku apa- apa " . Puan Latifa seorang pensyarah seni tari yang penuh ilmunya . Seandainya berlaku sebarang kesulitan, dia bisa membantu . Dan dia juga telah mempelajari beberapa perkara yang harus dia lakukan seandainya terdapat sebarang kesulitan.
" Kau ni , Nana jangan pesimis sangatlah ....Trust me , nothing happened " Juhana mengangkat pengetuk bonang , Nana sudah tidak tahu berbuat apa lagi . Juhana tetap dengan kedegilannya . Sempat juga dia berpaling pada Wawa yang ralit menyusun alatan muzik . Juhana tersenyum. Tetapi , senyumannya itu lebih terarah pada ejekan . Dia agak kurang menyenangi Wawa memandangkan dia selalu mendapat perhatian tidak kisahlah dari para penonton , juri ataupun pensyarah .
Juhana lantas menarikan pergerakan tangannya sambil menyanyikan lagu tersebut . Ada - ada masanya sengaja dia tersenyum gelihati melihat keresahan Nana . Bagi Juhana ulik mayang hanyalah a music not more than that ! Jangan pasif sangatlah !
Juhana pada mulanya agak terkejut juga , sebenarnya dia tidaklah menghafal not lagu ulik . Tetapi , tak di sangka rentak tangannya memukul bonang itu telah mengeluarkan satu irama asyik . Juhana juga semakin mendalami irama merdu dan mendayu itu. Adakalanya mata Juhana terpejam lama. Nyanyian mendayunya masih lagi kedengaran memecah kesunyian dewan tari itu . Dan makin lama , kedengaran agak menyeramkan .
Alatan muzik lama terlepas kini dari tangannya. Wawa langsung bangun , setapak dia menapak kain selendang labuh yang terikat di pinggangnya di kibarkan lembut mengikut rentak pukulan bonang . Langkahnya terhenti apabila kini dia berdiri mendepani cermin . Jika dilihat dari hijab yang terbuka , di cermin kelihatan seseorang di belakang Wawa yang meliuk - lentok tariannya itu .
Yang perempuan mulai terkesima melihat gaya tarian Wawa . Mereka seakan taksub kini . Namun , begitu yang lelaki yang mana ampuh ilmunya dan kuat semangatnya masih lagi bertahan . Memang ada segelintir pelajar lelaki yang mulai berkhayal kini .
Irama merdu ulik kini semakin menyeramkan . Nana juga telah melenggang - lenggok kini tubuhnya .Wawa benar - benar menghayati irama ulik itu . Terangkat- angkat tangannya , manakala jemarinya pula melentik- lentik . Di pusingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan . Matanya terpejam sedari tadi .
Pukulan bonang Juhana kian mengasyikkan mereka semua . Juhana kini juga telah berada di bawah sedar . Yang perempuan kian mendekat . Nana orang pertama yang bangun lalu menyertai Wawa . Lalu diikuti yang lain . Jumlah mereka tujuh tepat . Nyanyian Juhana mulai berhenti namun, tarian tangannya tetap lincah pada bonang gamelan itu .
" Aku rasa , macam ada yang tak kena lah "
" Aku juga .....Apa perlu kita lakukan sekarang...."
" Juhana ! Juhana ! Terlalu skeptikal sangat sampai jadi begini.."
" So , apa kita nak buat ni Zaid ? Aku tengok tarian mereka tu dah lain macam "
" Kau tunggu sini , apa - apa call aku "
" Ke mana tuan hamba mahu pergi ? " Wawa menyoal sambil melentokkan lehernya memandang tajam ke arah Idham . " Am , kau pergi Am ...!" Jerit Zaid sengaja memancing .
" Diam.! " Herdik Wawa . Suaranya kini bertimbal - balik dengan suara ' seseorang ' . Jari telunjuknya masih lagi terarah pada zaid . Zaid cuak kini . Juhana pula makin di dalam rasukan irama . Idham mengambil kesempatan itu dengan berlari ke pintu .Zaid tersenyum pancingnya mengena juga akhirnya walaupun renungan tajam Wawa masih lagi tepat pada wajahnya.
Wawa menapak ke hadapan , lalu meliang- lentokkan kepala , pinggang dan jemarinya . Irama bonang mainan Juhana semakin lama semakin asyik .
Angin yang tidak di ketahui dari celahan mana munculnya, kini telah mengibarkan selendang ketujuh penari yang sedang dalam kerasukan itu . Adakalanya haruman cempaka menebar ke ruang udara dewan sederhana luas itu . Dan ini , menambahkan lagi keasyikkan para penari bertujuh itu .
" Umbut..........( mendayu) mayang ...Di umbut.......Umbut ....Dengan jala....Jema ..la.....Ulit....Mayang di ulit ....Ulit dengan puteri....Nya satu....." Wawa terdiam seketika . Manakala penari yang lain mulai mengelilinginya dengan membentuk satu bulatan.
Biasan cermin pula , bukan Wawa . Tetapi , seperti bayangan seorang gadis bangsawan dengan berpakaian indah . Pandangan matanya tajam sekali . Wawa terus duduk dengan cara melutut . Mulutnya berkumat - kamit seakan membaca mantera.
Puan Latifa memberi isyarat tangan pada Idham supaya tidak masuk campur . Zaid pula dengan pantas mendapatkan mereka . " Bagaimana semua ini boleh terjadi ? " Soal Puan Latifa pada Zaid .
" Juhana , Puan. Saya tak pasti sama ada dia sengaja atau pun tidak memukul bonang emas itu sambil mendendangkan lagu ulik . Sejurus itu , Wawa dan enam lagi penari kerasukan. "
Puan Latifa memandang Idham . Idham juga mengakui itu . Lagipun , perkara yang sama sepertimana dia perjelaskan tadi .
***********
" ALLAH ! Abe ....! " Teriak Mak Munah apabila secara tiba - tiba tubuh tuanya seperti di tolak ' sesuatu ' . Tok Aki yang sedang menjahit jala di atas pangkin kini bergegas ke halaman belakang setelah mendengar jeritan Mak Munah , isterinya .
" Allah ! Abe....Sakit abe....! " Lirih Mak Munah terduduk , buku lalinya terluka kerana terkena pisau . Mak Munah sedang memotong serai semasa dia di rempuh ' sesuatu ' .
" Ya Allah ! Mu , kenapa Munah ? " Tok Aki cepat - cepat mendapatkan Mak Munah . " Ya Allah , mu kenapa Munah ?
"Luas luke mung ning. Munoh, bakpe jadi gini? Guane bulih jadi gini?" Soal Tok Aki bertubi - tubi sambil buku lali Mak Munah di angkat seperlahan mungkin. Agak luas juga lukanya itu . Mungkin terhiris pada batu semasa Mak Munah terjatuh. Kain batik pengikat dahinya terus di tanggalkan di gulungkan lagi supaya menjadi lebih kecil untuk di jadikan penebat .
" Perlahan- lahan abe.... Ambo sakit ....! " Lirih Mak Munah mendesah kesakitan pabila mahu di dirikan . Tok Aki merenggangkan sedikit cengkaman tangannya kala Mak Munah telah bangkit . Cuma dirinya tidak setegak selalu .
" Munoh , bakpe jadi gini ? " Omel Tok Aki masih lagi tak habis -habis . Dia bukan apa , dia amat mengerti sekali tahap - tahap umur mereka berdua , semuanya agak terbatas "
Mak Munah di dudukkan secara perlahan- lahan di atas pangkin . Mak Munah di arahkan oleh Tok Aki supaya jangan banyak bergerak sementara dia ke dalam mahu mencari minyak gamat .
" Lain kali hati- hatilah sikit , kalu letih bereti , jangang pakse ..." Omel Tok Aki sambil laju tangannya menyapu minyak gamat pada luka di buku lali isterinya itu . Mak Munah merenung suaminya dengan lama sekali , dia sebenarnya ada sesuatu yang mahu di luahkan . Cumanya dia agak risau pada kepercayaan Tok Aki .
" Abang , mung nok tau dok ? Ambe rase , ambe kene tolok nge sorang ni...Ambe ousing belakang , takdok orang pulok....Tapi , ambe yaking ambe kene tolok..."
" Ish , mung beng ngarut la...
Sape hok nok tolok mung ? " Tukas Tok Aki . Mengarut Mak Munah fikirnya . Kalau betul di tolak orang , sudah tentu tahu siapa . Mustahil siang - siang begini ada hantu !
" Ambe baru teringat ! Ambe ade terhidu bunge cempaka...! "
Terjatuh botol minyak gamat dari pegangan Tok Aki setelah mendengar kalimah itu .