WAWA menapak lesu seperti biasa di laluan pejalan kaki lorong sunyi itu . Dan seperti biasa juga , dia terpaksa pulang lewat petang . Adakalanya terlajak ke senja seperti sekarang .
Di telinganya pula bergayutan earphone sambil mendengar lagu . Jarak antara Aswara dan rumah sewanya tidaklah terlalu jauh . Kerana itulah , Wawa dan juga rakannya lebih suka berjalan kaki walau terpaksa menempuh lorong pejalan kaki yang agak sunyi dan menyeramkan.
Lorong itu menyeramkan kerana berdekatan dengan tanah perkuburan . Bukan cerita cliche tetapi ia realiti . Nasiblah tanah perkuburan itu tidaklah terlalu luas . Namun begitu , jika melewatinya di waktu begini , remang senja sudah boleh membuatkan bulu roma kita tegak berdiri .
Sedang Wawa asyik menyelami irama gamelan di telinganya . Tiba- tiba , salah - satu pusara itu mengeluarkan asap . Dan perlahan- lahan tanah yang masih merah itu merekah . Kelihatan jari- jemari berkuku panjang cuba merangkak keluar .
" Bau apa pula ni ? Macam bau bangkai ? Er, ada binatang mati ke area sini ? " Wawa berbicara sendirian sambil menarik earphone dari lubang telinganya . Hidungnya pula kembang -kempis .
Azwa Mayang Sari seorang gadis yang lincah , dia juga seorang pelajar kebudayaan di ASWARA . Dia sememangnya meminati dan bergerak aktif dalam seni tarian tradisional . Gamelan dan ulik mayang merupakan seni tarian kegemarannya . Memandangkan susur- galurnya penari gamelan .
Namun, dalam masa yang sama Wawa juga mempunyai satu lagi keistimewaan yang dia sendiri pun tak menyedarinya selama ini , hijabnya ada- ada masanya terbuka. Dan kini , dia bakal menyaksikan lagi perkara- perkara yang menyeramkan .
Dari satu kubur ke satu kubur , kadang ia menjelma , kadang ia menghilang . Sehinggalah ia muncul semula betul- betul di hadapan Wawa yang menyambung kembali mendengar muzik dari Iphone 4 s nya .
Wawa sedar dirinya seakan sedang di perhatikan kini . Sambil menjelirkan lidah panjangnya yang bercabang di hujungnya , sedikit lagi bakal menyentuh pipi gadis manis itu .
Kosong ! Meliarkan matanya mengelilingi kawasan itu . Remang senja semakin di selimuti gelap malam . Azan maghrib juga sayup- sayup telah kedengaran .
************
MIRA resah - gelisah sambil matanya tidak lepas dari memandang ke arah jam di dinding . " Mana Wawa ni ? Aku call tak berangkat ! Janganlah buat aku risau ....Cepatlah balik...!"
Nyanyian Haqim Rusli lantang kedengaran menandakan ada panggilan masuk . Kelam- kabut Mira mencapainya dari atas meja .
" Hello ! Wawa ! "
Senyap ...
" Hello ! Wawa ! Kau jangan main -main ! Wei Helloo ! "
" Anak merbuk anak merpati,
Turun mari di atas dahan ,
Hamba seorang kekasih hati ,
Tiada yang lain dari mu tuan.."
Mira yang mendengar mulai berasa lain . Bulu roma mulai tegak berdiri . ' Ya Allah ! Apa maksud semua ini ? Wawa ? Allah ! Kau selamatkanlah sahabat aku ini ! " Mira semakin gelisah . Dari duduk kini dia berdiri . Dari jendela dia ke pintu .
" Hihihi....Timang burung , Ala sayang si lambang sari ...! " Mira makin membulat mata , bibir rakus di gigit pinggirnya. Dia tidak buka speaker ! Tapi bagaimana lagu gamelan Timang Burung itu boleh bersuara lantang ?
********
WAWA termengah kini , dia yang menyorok di balik pokok . Terpaksa menghentikan perjalanan pulangnya . Rumah yang sebenarnya telah dekat , kini semakin jauh dia rasakan . Mahu menelefon Mira di rumah , telefon pula telah kehabisan bateri .
Jika Wawa kehabisan bateri , jadi siapakah yang menelefon Mira ?
' Ya Allah ! Kenapa dengan aku ni ? Kenapa tiba- tiba aku di pertontonkan dengan pelbagai wajah yang menyeramkan ? ' Wawa bermonolog sambil mengelap peluh di dahi.
" Kerana kau keturunanku ....Mayang Sari ....Kau keturunan ku ...." Sekali lagi , telinga Wawa menangkap suara berupa bisikan halus itu .
" Hah ? Siapa tu ? " Wawa semakin terasa di ancam . Kenapa ' mereka ' selalu mengekorinya ?
" Mira ...Mira ! Tolong aku Mira ...! " Akhirnya Wawa tidak dapat bertahan lagi . Pecutnya di buka selaju yang mungkin. Dia berlari dan berlari . Sekalipun dia tak menoleh kembali belakangnya .
" Miraaaaa....! "
" Wawa ? Wawa !"
" Miraaa....Buka pintu ! Buka pintu cepat ...! "
" Wawa.....!" Mira berlari ke arah pintu . Pintu kini terbuka luas .
" Wawa ....! " Mira terus mendakap tubuh kaku Wawa . Wawa terus menyeringai .
" Ya Allah Mira! "
" Hah ? MIRA ? Jadi si...Sia..Siapa yang aku ....Aku peluk ? " Soal Mira terketar- ketar kini . Wawa yang tertunduk keletihan masih lagi tergamam . Dia juga tidak tahu nak buat apa kini .
Bergenangan air mata Mira kini sambil tangannya cuba menolak tubuh yang didakapnya itu . Dia terpaksa akur . Dia harus kuat menghadapi segala kemungkinan .
" Timang burung ....Ala sayang si lambang sari....! "
" Hihihi..! " Makhluk berwajah mirip Wawa kini berubah ke satu wajah yang hodoh lagi mengerikan . Dengan kedua mata merahnya memandang tajam lalu dia menyeringai menampakkan kedua taringnya. Tampangnya memang terlalu ngeri .
Mira yang membuntang lalu terjelepok ke lantai , tidak sedarkan diri lagi .
" Pergi kau setan ! " Wawa menjerit lantang . Dia cuba menyembunyikan ketakutannya dengan mengeluarkan energi keberaniannya .
" Hihihi.."
" Aku kata pergiiiiii...!"
" Kita pasti akan bertemu ...Mayang Sari ....Hahaha...
"
Lantas dia mengapungkan dirinya . Rambut berjelanya kini berterbangan .
" Hahaha." Hilaiannya yang menyeramkan itu semakin mengecutkan hati kecil Wawa yang telah tersedia kecut itu . Melayang dan menyelinap di celahan pokok lalu ghaib di telan malam .
" Mira ! Mira ! Bangun ! Aku ni Mira ! "