Awan mendung di siang hari,
Seperti tahu firasat hati,
Dibelenggu resah diselubungirindu,
Bagai gerimis menghiris hati,
Hirisan bersama air kepiluan,
Membasahi pipi,
Menghujani duka di hati.
Hadirnya pelangi seusai hujan,
Memancarkan bayangan harapan,
Harapan yang melukakan,
Harapan yang memberi sinarimpian,
Untuk engkau menggenggamimpian itu,
Sedang aku tersungkurmenyembah bumi.
Pelangi yang membangkitkanmemori,
Memori yang menyimpan beribukenangan,
Saat aku menggenggam eratcintamu,
Tatkala engkau mendakap utuhcintaku.
Namun kita terpaksamelepaskan,
Segala genggaman setiapdakapan,
Hanya untuk membawa haluan,
Haluan yang telah memisahkan,
Antara kau dan juga aku,
Yang kiri haluanku,
Yang kanan untukmu,
Yang membezakan nasib kita,
Yang membezakan tarafkehidupan.
Engkau disanjung sedang akudirundung,
Dengan jutaan onak ujian,
Yang menyelimuti kehidupan,
Yang menikam diri menusukhati,
Sedang engkau penat bahagia,
Sedang aku lelah derita.
Tidakkah engkau merasakan?
Segala lelah deritaku,
Yang menyesak pelusuk dadaku,
Atau engkau telah lupa,
Pada janjimu,
Untuk bersamaku di alambahgia,
Setelah lautan api kitarenangi,
Untuk menuju alam syurgawi,
Menikmati cinta yang abadi.
Mungkin engkau sudahmelupakannya,
Yang tinggal hanyalah mimpi,
Mimpi yang menyimpan selautanmemori,
Memori yang mendera firasatku,
Sehingga aku layu terkulai,
Menanti saat nafazku terhenti,
Saat jasadku tiada erti,
Saat engkau bahagia gembira,
Menggenggam sinar kejayaanmu,
Bersama insan yang kau sayangibaru.