Jam pasirku retak,
tak mampu ku tahan, tak mampu ku genggam.
Hari-hari terurai seperti benang kusut,
meninggalkan bayang peluang yang hilang.
Di mana langkahku tadi?
Tertinggal di jejak mimpi yang tak sempat kujalani.
Waktu, oh waktu,
kau penari di pentas tanpa batas,
mengajak namun tak menunggu,
membawa pergi tanpa bicara.
Apa yang ku cari di celah pasir itu?
Hanya gema rindu akan yang tak pernah terjadi,
janji yang tertunda,
dan cinta yang lena di sudut sepi.
Namun, meskipun jam pasirku retak,
aku masih punya sisa detik.
Dengan butir yang tinggal,
aku akan melakar hari,
menjadikannya milikku sekali lagi.
Waktu, izinkan aku,
walau sekejap,
menyulam mimpi dari serpihan yang kau tinggalkan.
Butir-butir waktu mengalir liar,
menyusup di celah jemari,