liyana,
I found this poem I wrote to you among stacks of stuff you left behind. It fell off from one of the pages, diving for my attention. I couldn't believe how long it has been since. The paper was creased. Wrinkled in the right way. Like the corner of your eyes when you laughed.
here it goes. totally old-schooled.
pagi – pagi…
waktu embun terakhir menguap ke langit,
aku mengerti,
bahwa diriku telah padam
hilang bahkan dari sesiapapun,
juga darimu…
tidak ada yang tersisa memang,
ketika kita tenggelam
dalam peristiwa – peristiwa…
seperti ketika malam – malam
kau terdiam di kamar
adakah yang tertinggal dari air mata?
tidak ada liyana…
kecuali kenangan tentang kesedihan,
aku percaya bahawa hari – hari ini
dan hari selanjutnya kau akan
berbahagia…
lalu semuanya akan berganti,
demikian seterusnya…
ada yang akan berubah liyana,
dan akan terus berubah…
tapi ingatlah,
bahawa ada yang selalu kembali
pada lingkaran jiwa
sesuatu yang selalu berulang
dan meluluhkan hatimu
maka kau teruslah menulis puisi,
biarpun sepatah…
aku akan selalu kembali,
datang menemani
setiap kali kau tulis puisi…
aku akan datang dan tumbuh di hatimu,
aku juga kembali lagi
ketika gelap mulai turun
dan aku akan selalu mengenangmu
pada ujung butir tetes air hujan
pada malam dingin ini…
I have to admit. I totally plagiarised this piece. tweaked a little here and there.
I am sorry. but. but. but. but.
but I just want to make you happy. (and impressed you in the course of doing so).
i remembered you were speechless when you read them. I am sorry it was not mine. but it had captured my feelings for you nevertheless.
still does.
chairil